Skip to main content

"Mappasikarawa" Prosesi Sentuhan Pertama Pengantin Bugis

Bugis Makassar - Setelah kedua mempelai resmi menjadi sepasang suami-istri secara agama, bukan berarti prosesi pernikahan telah selesai. Beberapa daerah di Nusantara memiliki tradisi khusus yang digelar usai upacara atau akad nikah dilaksanakan. Seperti dalam adat pernikahan bugis Makassar.

Salah satu prosesi yang cukup menarik dalam tradisi Bugis Makasar ialah prosesi mappasikarawa (dalam adat Bugis) atau disebut juga appabattu nikkah (dalam bahasa Makassar). Mappasikarawa yang berarti saling menyentuh ini sekaligus sekaligus menjadi simbol bagi kedua mempelai bersentuhan untuk kali pertama sebagai suami-istri yang sah.

Prosesi Sentuhan Pertama Pengantin Bugis

Sebelum prosesi mappasikarawa dilaksanakan, mulanya mempelai pria akan diantar ke kamar mempelai wanita untuk menjemput sang istri. Lazimnya, pintu menuju kamar mempelai wanita ini akan tertutup rapat. Sehingga akan terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar pengantin yang kian menambah unik tradisi ini. Setelah diberi uang pelumas, barulah pintu terbuka dan mempelai pria dipersilahkan masuk.

Acara ini dipandu oleh seseorang sesepuh yang bertugas sebagai mempersatukan kedua mempelai untuk saling menyentuh. Sesudah itu kedua mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk melakoni serangkaian acara. Seperti:
Pemasangan Sarung Sebanyak Tujuh Lembar

Pemandu adat atau Indo botting akan memandu jalannya prosesi ini dengan memakaikan tujuh lembar sarung sutera yang sudah dijahit kepada mempelai pria. Ritual pemasangan sarung sutera ini bermakna bahwa mempelai pria telah diterima oleh keluarga mempelai wanita.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan prosesi zai kanra. Yang menarik, kedua mempelai akan dimasukkan dalam satu sarung yang disebut Tope. Lalu sang pemandu adat akan mempertemukan kedua pinggir sarung dan menjahitnya tanpa benang. Prosesi unik ini bermakna agar kedua mempelai tidak terpisahkan lagi.

Terakhir dilaksanakan prosesi meminta maaf kepada orangtua mempelai wanita dan dilanjutkan dengan keluarga mempelai wanita yang hadir. Prosesi yang masih dilaksanakan di kediaman mempelai wanita ini disebut marellau dampeng.
Mapparola/nilekka

Sehari atau sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga diantar ke rumah orangtua pihak pria. Rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagai balasan untuk mempelai pria. Pada acara ini pula dilaksanakan ritual khusus yang disebut makkasiwiang, artinya mempelai wanita membawa sarung untuk orangtua mempelai pria dan saudara-saudaranya.(*)

Teks. Tim Mahligai Indonesia
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar