Skip to main content

Kenapa orang Bugis Makassar Okkots? Simak Penjelasannya

Kenapa orang Makassar Okkots? Pertanyaan ini sering menjadi tanda tanya buat banyak orang. Pemakaian kata ‘Okkots’ sebenarnya merupakan penyimpangan berbahasa, baik dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan.

Okkots sendiri berarti salah ucap atau salah bahasa yang maknanya salah pengucapan dalam bahasa Indonesia karena tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan tidak tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


Okkots bisa berarti menambahkan, mengurangi atau mengubah konsonan di ujung sebuah kata. Bentuk okkots yang paling sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah Okkots “N” & “NG”. Jadi, kata yang berakhir huruf “N” bisa menjadi “NG” begitu pula sebaliknya, kata yang berakhir huruf “NG” menjadi berakhir “N”.

Okkots adalah salah satu istilah gaul dalam bahasa Makassar. Berasal dari kata OKKO (bahasa Makassar) yang berarti ”injak garis” yang sering dipakai dalam permainan dende-dende (permainan engklek bahasa Jawanya). Kata ”okko” kemudian ditambahkan huruf T dan S, biar kelihatan lebih keren menjadi OKKOTS.

Kata ‘Okkots’ itu kebanyakan dipopulerkan siswa dan mahasiswa Makassar yang belajar dan kuliah di luar Sulsel serta pengaruh komunikasi pergaulan mereka yang berasal dari berbagai kabupaten di Sulsel kemudian bertemu dalam komunikasi yang lebih resmi di Makassar.

SEJARAH OKKOTS

Dalam bahasa Bugis Makassar sehari-hari, kita tidak mengenal adanya akhiran N di ujung sebuah kata, umumnya kata dalam Bahasa Bugis Makassar diakhiri dengan NG.

Contohnya: tudang (duduk), masserring (menyapu), dangkang (menjual), mappabbiring (beres-beres rumah) dan lain lain. Ketika Bahasa Indonesia mulai diperkenalkan, lidah orang Bugis Makassar yang terbiasa dengan NG, mencoba menyesuaikannya, namun alih-alih mampu menyesuaikan diri, yang terjadi malah kekacauan berupa kebingungan mengucapkan ujung setiap kata yang berakhiran N & NG. Kira-kira begitulah asal muasal terjadinya OKKOTS.

CONTOH PENGGUNAAN KATA OKKOTS

Kata “makan” terkadang menjadi “makang” —> penambahan konsonan “G” setelah huruf “N”
Kata “kandang” bisa berubah menjadi “kandan” —> pengurangan konsonan “G”.

Lidah orang Makassar terkadang keseleo penyebabnya karena kelebihan “vitamin” G dengan menambahkan huruf “G” pada kata yang akhirannya “N”. Terkadang juga karena kekurangan “vitamin” G yaitu mengurangi huruf “G” pada kata yang akhirannya “NG”.

AWAN menjadi AWANG
HUJAN menjadi HUJANG
UANG menjadi UAN
IKAN menjadi IKANG
· Ayo pergi nontonG konser na Agnes Monica
· Jangan makanG terlalu banyak
· Mari kita salin menghormati satu sama lainG
· Memannya kenapa?

Kedengarannya lucu memang, tapi disitulah khasnya. Terlepas dari pengaruh logat suatu daerah terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, apakah Bahasa Indonesia yang baik dan benar masih sering digunakan?

Tentu saja, secara formal Bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan masih sering digunakan.

Kata “KAPAN” dalam Bahasa Indonesia kita pahami sebagai kata tanya untuk keterangan waktu seperti dalam kalimat “Kapan kamu akan pergi?”

“KAPAN” dalam bahasa sehari-sehari di suku BUGIS dan MAKASSAR mempunyai makna yang berbeda, bukan lagi berfungsi sebagai kata tanya keterangan waktu, namun berfungsi sebagai kata keterangan probabilitas (kemungkinan) untuk
lebih jelasnya silahkan contoh sebagai berikut:

– “Sudahmi kapang” bermakna “Mungkin udah kelar”
– “Belumpi kapang” bermakna “Mungkin belum”
– “Besokpi kapang” bermakna “Mungkin baru besok”

Contoh: ”Kami datang berenang…”
Hati-hati mengartikannya, karena yang dimaksud adalah ”Kami datang berenam”
(ada 6 orang yang datang,bukannya datang dengan cara berenang).
Banyak yang percaya, kesulitan mendisiplinkan lidah mengucapkan kata-kata berakhiran ”n” atau ”m” ini dipengaruhi oleh dialek dari bahasa Makassar.

FENOMENA OKKOTS

Sebab orang Makassar biasanya hanya tertawa atau malu-malu sendiri kalo diledekin okkots sama teman-temannya, tapi ini memang realita yang terjadi dalam Masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya.

Okkots ini bukan berarti anak Sulsel tidak sekolah atau tidak tamat SD, banyak juga sarjana, politikus dan wartawan di Makassar yang masih okkots. Tidak hanya dalam pengucapan, tapi seringkali terjadi okkots dalam penulisan.

Parahnya ada beberapa iklan yang di muat secara asal asalan oleh pemilik yang begitu yakin dengan bahasa yang digunakannya berikut beberapa foto iklan yang kami ambil dari internet

Foto Iklan Okkots di Internet

Kenapa fenomena okkots ini selalu jadi bahan tertawaan, terutama jika ada orang Makassar yang baru pulang dari jawa (Jakarta) langsung mencoba dialek Jakarta (Logat) tetapi bahasanya campur aduk dan okkots.

Awalnya trend okkots ini juga di populerkan Band Art2Tonic asal Makassar dalam lagunya MAKASSAR BISA TONJI (Makassar Bisa Juga) yang menyindir anak-anak ABG Makassar yang sok bergaya bak orang Jakarta dengan tiap hari makai logat Jakarte padahal besar kecilnya di Makassar.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar