Skip to main content

Mengenal Baju Bodo dalam Pesta Adat Bugis Makassar

Bugis Makassar - Setiap kali ada pesta perkawinan, sunatan ataupun pesta adat lainnya di Sulawesi Selatan, maka tampillah perempuan Bugis Makassar dengan pakaian Baju Bodo-nya yang berwarna ungu atau berwarna merah darah menghiasi pesta itu. Dengan sarung suteranya yang berwarna merah dan kaya warna, sesuai sekali dengan iklim Indonesia yang mempunyai udara yang terang di musim kemarau menambah keindahan dan cahaya muka perempuan itu ditengah helat yang ramai. Dalam upacara adat dan resepsi perkawinan, terutama yang berhubungan dengan Upacara Adat istiadat daerah, Baju Bodo itu tetap memegang peranan yang penting sekali, sehingga gadis Bugis Makassar itu akan merasa mempunyai satu kekurangan besar, apabila ia tidak mempunyai Baju Bodo’ yang juga lazim disebut Baju Bugis (Waju Ugi’).

Baju Bodo
Foto Baju Bodo

Di kekinian, banyak sekali perempuan yang menggemari memakai baju bodo, sekalipun ia tidak berasal dari etnis Bugis Makassar, entah ia sebagai pakaian kegemaran pribadi maupun anjuran kantor. Kini, telah banyak model dan corak Baju Bodo ditampilkan dalam fashion show, sebagai pakaian yang bercita rasa tinggi dalam hal keanggunan dan kharismanya saat dipakai. Wajah suku bangsa itu telah dirangkum oleh pakaian itu sendiri, sebagai upaya menarik simpati, baju bodo kini dipakai pula dalam suatu acara ulang tahun Kantor Pemerintah dan Bank.

Seorang wanita gadis, terlebih wanita yang mempunyai kulit putih bersih, maka Baju Bodo ini akan menambah kecantikannya, bagaikan mawar merah yang mekar di pagi hari, mukanya selalu bercahaya, terutama dalam menghadapi hidup dan kehidupannya untuk masa depan. Ia tetap mempunyai pengharapan bagai riangnya sinar pagi yang memancar kemana-mana dan dalam menghadapi hidup ini ia tidak pernah melihatnya dari seginya yang suram. Terlebih lagi bila sarung sutera yang dipakainya ialah sarung sutera berwarna cerah, suatu kombinasi pakaian yang harmonis, sebagai sumber pancaran jiwa dan pribadi pemakaianya.

Menurut pengertiannya, Baju Bodo itu ialah baju pendek atau Baju tanpa lengan. Dalam bahasa bugisnya ialah Waju Ponco. Mengapa dinamai demikian padahal baju itu sendiri panjang sekali ke bawah, bahkan ada yang sampai mencapai ujung pemakainya. Untuk Suku Makassar, Baju Bodo itu dinamai Baju Labbu yang berarti baju panjang. Baju labbu itu hampir sama keadaannya dengan Baju Kurung yang biasa dipakai oleh wanita Melayu. Antara Baju Bodo dan Baju Labbu itu keduanya panjang ke bawah, hanya bedanya pada lengan baju itu. Kalau baju bodo itu mempunyai tangan yang hanya sampai ke siku lengan, sedangkan Baju Labbu, tangannya panjang sampai pergelangan tangan. Jadi pengertian pendek dan panjang dalam kedua macam baju itu hanyalah mengenai tangannya.

Dalam memakai Baju Bodo ini harus diperhatikan umur dan keadaan sipemakai yang disesuaikan dengan warna bajunya. Demikian juga mengenai tebal baju itu harus pula disesuaikan dengan besarnya gadis yang memakainya. Ada pula yang disebut Baju Rawang, yaitu Jenis Baju Bodo yang berukuran sampai ke pinggang atau Baju kasa, yaitu Sejenis Baju Bodo terbuat dari kain kasa, khusus untuk wanita. Ada pula yang disebut Baju Assusung, yaitu Baju Bodo (tipis, Makassar: rawang) yang digunakan secara bersusun atau berlapis untuk anak wanita remaja puteri. Makin dewasa gadis itu makin tebal juga bajunya hingga dua tiga lapis kainnya, karena sebagaimana diketahui, bahan yang dibuat Baju Bodo itu ialah kain yang tipis dan tembus (doorzichtig).

Marilah kita lihat bagaimana warna baju bodo itu berdasarkan tingkatan umur pemakainya:


a.Anak-anak perempuan yang berumur antara 8-12 tahun atau dalam Bahasa Makassar disebut Ana Rara’, diharuskan memakai Baju Bodo Rawang (tipis) yang terdiri dari selapis saja. Warna bajunya itu biasanya hijau atau jingga (Makassar: Rappo Toqno).

b.Umur 12-25 tahun (Tau Lolo atau Gadis), Baju Bodo yang dipakainya itu ialah Baju Bodo Eja, yaitu Baju Bodo yang berwarna merah dan terdiri atas 2-3 lapis.

c.Umur 18-35 tahun (bagi yang sudah bersuami), Baju Bodo yang dipakainya ialah Baju Bodo Salaeja, warna ungu (merah tua), dan terdiri atas dua sampai tiga lapis. Tidak dibiasakan perempuan yang sudah bersuami itu memakai Baju Bodo Eja, yaitu Baju Bodo yang warnanya merah betul, karena dengan perbedaan warna itu ialah untuk menunjukkan perbedaan wanita yang memakainya itu, apakah ia masih gadis atau sudah bersuami.

d.Umur 35-50 tahun (perempuan tua), Baju Bodo yang dipakainya itu ialah Baju Bodo Leqleng Nilapisi, yaitu Baju Bodo warna hitam berlapis dan terdiri atas 2-3 lapis.

e.Umur 50 tahun ke atas umumnya berbaju bodo hitam berlapis, tetapi ada juga yang memakai Baju Bodo Kebo’, warna putih, untuk menandakan bahwa orang tua itu adalah ibu penyusu bayi salah seorang bangsawan tinggi, yang ditanah Bugis dinamai Kino, sedang di tanah Makassar dinamai Amma’ Daeng.

Cara memakainya ialah Baju Bodo itu hendaklah dimasukkan ke dalam badan melalui kepala, sebagaimana halnya kalau kita hendak memasukkan baju dalam (baju kaos) ke dalam badan. Sarung sutera yang dipakainya itu, ujung atasnya dikepit dalam ketiak kiri atau boleh juga sebaliknya, sedangkan ujungnya betul dipegang dengan ujung jari.

Bagian baju yang sebelah kanan terdapat di luar sarung, sedangkan yang di sebelah kiri tadi terdapat di dalam sarung. Kalau hendak berjalan, kain sarung itu biasa “nikikking”. Artinya pertengahan kain sarung itu dinaikkan (sampai kelihatan mata kaki sebelah kiri) sedikit untuk menggampangkan di waktu berjalan. Dan kalau berjalan secara adat, jalannya itu harus perlahan-lahan, dari selangkah demi selangkah, dan mata itu hanyalah boleh memandang kemuka dan kebawah dengan jarak tiga meter, ke satu jurusan dan ke satu titik, tidak berpaling ke kanan dan ke kiri. (*palontaraq.id)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar