Sejarah Pelaut Bugis Makassar sebagai Pelaut Yang Handal, Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayah perairan hal ini tentu Letak garis lintang mengakibatkan perbedaan zona iklim matahari, yang selanjutnya berpengaruh terhadap bentuk penyesuaian hidup,hal ini akan memengaruhi sistem sosial budaya masyarakat. Makassar dari segi geografis yang merupakan wilayah Pesisir merupakan sejak dahulu sangat terkenal dengan pelaut yang handal dan mempunyai semangat bertahan hidup yang sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan
The survival of the fittes dalam referensi teori evolusi mungkin ada benarnya jika dikaitkan dengan spirit para petarung, semangat para pelaut ulung menaklukkan derasnya ombak dan ganasnya gelombang dengan tetap menjaga harmoni yang merupakan penggambaran sejarah semangat para pelaut Bugis-Makassar menjelajahi samudera sebagaimana yang terekam dalam sejarah. Pada abad ke-14-17, dengan simbol
Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis).
Orang Bugis-Makassar yang tinggal di desa-desa daerah pantai bermata pencaharian mencari ikan. Mereka akrab dengan laut dan berani mengarungi lautan luas. Mereka menangkap ikan sampai jauh ke laut hanya dengan perahu-perahu layar. Dengan perahu layar dari tipe pinisi dan lambo, Orang Bugis-Makassar mengarungi perairan nusantara sampai Srilanka dan Filipina.
Mereka merupakan suku bangsa Indonesia yang telah mengembangkan kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang Bugis-Makassar juga telah mewarisi hukum niaga pelayaran. Hukum ini disebut Ade’allopiloping Bicaranna Pabbalue ditulis oleh Amanna Gappa pada lontar abad ke-17. Sambil berlayar orang Bugis-Makassar mengembangkan perdagangan ke berbagai tempat di Indonesia.
Berbagai jenis binatang laut ditangkap dan diperdagangkan. Teripang dan holothurioidea (sejenis binatang laut) ditangkap di kepulauan Tanibar, Irian Jaya, bahkan sampai ke Australia untuk dijual kepada tengkulak. Melalui tengkulak binatang laut ini diekspor ke Cina. Mulai abad ke- 19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat maju.
Wilayah pesisir dan laut merupakan bagian wilayah daerah yang memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial dan prospektif untuk menjadi akselerator pembangunan perekonomian daerah jika dikelola dengan baik dan optimum. Sebagai wilayah yang strategis, wilayah pesisir merupakan suatu zona yang diperuntukkan untuk berbagai aktivitas manusia baik secara sosial, kultural, ekonomi, industri maupun pemanfaatan secara langsung.
Sulawesi Selatan khususnya Makassar sebagai penghubung yang menautkan antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur yang menyebabkan fungsi logistik, fungsi transportasi, dan fungsi perdagangan saling berpengaruh. Pelabuhan dan bandara yang memadai menjadikan potensi kota ini makin terasa secara optimal. Selain itu, sistem yang terjalin dari turun temurun penting diperhatikan untuk memahami lebih dalam tentang masyarakat pesisir. Sumber : wahyunis2012.blogspot.com
The survival of the fittes dalam referensi teori evolusi mungkin ada benarnya jika dikaitkan dengan spirit para petarung, semangat para pelaut ulung menaklukkan derasnya ombak dan ganasnya gelombang dengan tetap menjaga harmoni yang merupakan penggambaran sejarah semangat para pelaut Bugis-Makassar menjelajahi samudera sebagaimana yang terekam dalam sejarah. Pada abad ke-14-17, dengan simbol
Pelaut Bugis Makassar Pelaut Handal
Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis).
Orang Bugis-Makassar yang tinggal di desa-desa daerah pantai bermata pencaharian mencari ikan. Mereka akrab dengan laut dan berani mengarungi lautan luas. Mereka menangkap ikan sampai jauh ke laut hanya dengan perahu-perahu layar. Dengan perahu layar dari tipe pinisi dan lambo, Orang Bugis-Makassar mengarungi perairan nusantara sampai Srilanka dan Filipina.
Mereka merupakan suku bangsa Indonesia yang telah mengembangkan kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang Bugis-Makassar juga telah mewarisi hukum niaga pelayaran. Hukum ini disebut Ade’allopiloping Bicaranna Pabbalue ditulis oleh Amanna Gappa pada lontar abad ke-17. Sambil berlayar orang Bugis-Makassar mengembangkan perdagangan ke berbagai tempat di Indonesia.
Berbagai jenis binatang laut ditangkap dan diperdagangkan. Teripang dan holothurioidea (sejenis binatang laut) ditangkap di kepulauan Tanibar, Irian Jaya, bahkan sampai ke Australia untuk dijual kepada tengkulak. Melalui tengkulak binatang laut ini diekspor ke Cina. Mulai abad ke- 19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat maju.
Menurut Darwis Semangat survival orang Bugis-Makassar di tanah rantau, , juga tak lepas dari sistem sosial-budaya yang lekat dengan hierarki (kasta), yakni Karaeng/arung (bangsawan/juragan) dan ata (hamba/orang kebanyakan). Bagi orang kebanyakan yang ingin bebas dari sistem itu atau setidaknya ingin naik kelas sosial, merantau adalah salah satu pilihan. Tali-temali dengan mobilitas vertikal, Prof Halide, menekankannya pada aspek ekonomi. ”Peningkatan taraf hidup seseorang berbanding lurus dengan strata sosial yang disandangnya,”.
Wilayah pesisir dan laut merupakan bagian wilayah daerah yang memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial dan prospektif untuk menjadi akselerator pembangunan perekonomian daerah jika dikelola dengan baik dan optimum. Sebagai wilayah yang strategis, wilayah pesisir merupakan suatu zona yang diperuntukkan untuk berbagai aktivitas manusia baik secara sosial, kultural, ekonomi, industri maupun pemanfaatan secara langsung.
Sulawesi Selatan khususnya Makassar sebagai penghubung yang menautkan antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur yang menyebabkan fungsi logistik, fungsi transportasi, dan fungsi perdagangan saling berpengaruh. Pelabuhan dan bandara yang memadai menjadikan potensi kota ini makin terasa secara optimal. Selain itu, sistem yang terjalin dari turun temurun penting diperhatikan untuk memahami lebih dalam tentang masyarakat pesisir. Sumber : wahyunis2012.blogspot.com